===============================================================

Batik Tidak Alami Lagi

Pewarna alami merupakan daya tarik batik Jawa yang sudah digemari masyarakat internasional sejak zaman kolonial. Sayangnya saat ini batik yang dijual dipasaran sudah tidak lagi menggunakan pewarna yang sepenuhnya alami.
Hal itu disampaikan Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Ir Larasati Suliantoro Sulaiman, Selasa (17/6) dalam Pameran Batik Nusantara, di Taman Budaya Yogya, Jalan Sriwedani.
“Padahal, sebelumnya para pembatik kita menggunakan pewarna alami. Tidak ada yang mengenal pewarna kimia,” ujarnya.
Merujuk pada buku Mussenbroeck KatoenVerven in Java (1877), Larasati menyatakan, lebih dari 75 pohon perdu dulunya dipakai manusia Jawa untuk mencelup dan menghasilkan lebih dari 36 keselarasan warna pada batik.
Namun, datangnya indigo synthetic (nila sintetis) dari Jerman pada 1897 membuat para pelaku usaha batik tak lagi menggunakan pewarna alami seperti yang diambil dari pohon nila (Indigofera tinctoria) dan pohon soga.
“Mereka beralih menggunakan pewarna kimia karena proses pencelupan warna yang lebih cepat. Padahal, kandungan karsinogennya tidak ramah lingkungan,” ujarnya.
Karena itu, dalam tiga tahun terakhir, batik dengan pewarna alami mulai diujicobakan di laboratorium oleh tim dari Institut Pertanian Yogyakarta untuk diperkenalkan kembali ke masyarakat luas sebagai batik yang mewakili budaya Jawa.
“Apalagi, batik sebagai salah satu ikon budaya Jawa, seharusnya memperlihatkan nilai keasliannya,” tambahnya.

Sumber Tokhe on the Net : http://krjogja.com

Your Ad Here

Mesin Pencari Pekerjaan