===============================================================

Posting yang tertunda (1)

Sudah lama Q pengen posting ini, but data ilang.... ya akhirnya copy paste dech.......

Semarak Pawai 'Hadeging Kutha Ngayogyakarta Hadiningrat'

Jumat siang (15/9/06), Jogja kembali menggelar acara puncak dalam rangkaian Hari Ulang Tahun Kota Jogja ke-250 tahun. Acara yang melibatkan ribuan masyarakat Jogja di segala lapisan ini disajikan dalam bentuk pawai yang sarat nuansa seni dan budaya.
Hari itu, beragam komunitas seni, sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat bersatu dan merayakan sebuah kebersamaan. Perjalanan panjang ditempuh guna menggambarkan asal mula kota Jogja. Acara yang terbagi dalam tiga estape ini menceritakan runtutan kejadian, bagaimana Jogja berdiri hingga terpusat di keraton Jogja saat ini.
Untuk estape pertama, berada di Rute Pesanggrahan Ambarketawang menuju Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB). Pawai menjadi meriah ketika gamelan raksasa Mpu Triwiguno, Bregada Prajurit Wirasuta Gamping Tengah, Songsong Wirasuta Mejing, Mbah Demang Banyuraden, serta beragam kesenian Kasihan, Bantul, dan Sleman beratraksi sembari berjalan.
Sedangkan estape kedua, dimulai dari SGPLB menuju Stasiun Ngabean. Lewat seni yang dipertunjukkan oleh Seni Wisnoe Wardhana, Sanggar Wasana Nugraha Sewon dan Natya Laksita Didik Ninik Thowok, PLT Bagong Kusuadiardja, dan SMKI Negeri Kasihan, Bantul atraksi pun dilakukan sembari mereka berjalan. Estape ketiga, berada Stasiun Ngabean hingga Alun-Alun Utara. Dengan terpusat di Perempatan Kantor Pos Besar, digelar pula atraksi dari Prajurit Keraton dengan Kereta Pusaka, prajurit Pakualaman, Paskibraka Kota, Ikatan Keluarga Mahasiswa pelajar Mahasiswa, Kesenian Reog Danurejan, dan Paksikaton.
Pawai seni dan budaya yang kental dengan pesan sejarah ini memang dilaksanakan sebagai refleksi masyarakat terhadap hari kelahiran kotanya. Dalam Pawai Hadeging Kutha Ngayogyakarta Hadiningrat ini, sebuah kearifan lokal yang diyakini oleh masyarakat kembali diingatkan. Filosofi "Hamemayu Hayuning Bawana" yang memuat ajaran "Tri Satya Brata" berarti sebuah harmoni hubungan antara insan dengan Sang Khalik, antar manusia dengan alam, pun dengan antarmanusia sendiri.
Dengan kirab ini, diharapkan Jogja mampu membangun kota dengan semangat folosofis yang diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktualisasi tersebut berupa semangat yang dimiliki menuju kehidupan yang lebih baik. "Partisipasi dalam acara pawai ini menjadi sebuah momentum besar atas sebuah kebersamaan dan persaudaraan di antara masyarakat," tutur KRMT. Indro 'Kimpling' Suseno, Ketua Panitia HUT Kota Jogja ke-250 tahun.
Saking meriahnya, Perempatan Kantor Pos Besar yang menjadi titik pusat acara ini tumpah ruah dengan masyarakat. Mereka ingin menyaksikan atraksi dengan beragam seni bahkan berdesak-desakan sembari menonton. Menjelang malam, sebuah drama tari bertajuk 'Hadeging Kutha Ngayogyakarta' digelar sebagai puncak rangkaian Pawai Hadeging Kutha Ngayogyakarta.
Drama tari itu bercerita tentang sejarah berdirinya Kota Jogja. Dengan durasi singkat 20 menit, drama tari ini mampu membuat masyarakat, baik tua, muda, dan anak-anak mengingat tentang sejarah kota yang mereka diami, Jogja. Pada tempat yang sama, tepatnya belakang penonton yang membentuk lingkaran di kantor Pos besar, depan Bank BNI, ditampilkan pula iring-iringan komunitas yang siap tampil.
Di tengah hiruk pikuk suasana yang membuat masyarakat merasa puas, even ini juga mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Seorang turis dari Australia, Chaterine Dei misalnya, menyatakan tertarik dengan tampilan rangkaian acara ini. Baginya, ini adalah pesta masyarakat dengan memberikan pengalaman sejarah yang ditampilkan secara apik dan menarik.

Sumber tokhe : http://www.trulyjogja.com/ di sini

Your Ad Here

Mesin Pencari Pekerjaan